.
.
-->
Assalamualaikum warhmatullahi wabarakatu………………………
salam perjuangan dan salam pembebasan……………………………
Wahai saudara-saudaraku yang berdasi, yang memimpin negeriku, sampai saat kami belum mengerti apa jeleknya melarang meneteskan getih walau hanya setetes, sampai hari ini suatu teka-teki bagi kami tentang perbatasan blok Ambalat yang menjadi bahan pembicaraan antara pemerintah Indonesia dengan Malaysia saat ini.
Apakah kita harus membohongi aturan-aturan yang kita buat dan kita sepakati bersama? Ataukah terlalu takut pada aturan itu? Dilihat dari peta dan letaknya, Ambalat adalah milik Indonesia, tetapi kenapa sampai detik ini masih saja ada perdebatan yang sangat hebat antara Indonesia dengan Malaysia. Perlu diketahui bahwa 13 kali ini Indonesia melakukan pertemuan dengan pemerintahan Malaysia, tetapi belum ada kesepakatan yang resmi bahwa Ambalat adalah milik Indonesia, dan Malaysia tidak berhak atas semua itu. Tapi pada kenyataannya Malaysia selalu saja mendominasi Indonesia dalam pembicaraan persoalan Ambalat.
Dengan suara lantang dan tegas kami sampaikan dan menyatakan bahwa “pemerintah terlalu takut dengan Malaysia, nyatanya pemerintah Indonesia terlalu takut dalam mengambil sebuah keputusan” dengan saat ini nyatalah bahwa apa yang kami kami sampaikan pada hari ini adalah suara yang tidak melanggar hukum. Nyatalah kami tidak melenggar hal-hal yang dituduhkan dengan aturan-aturan di negeri ini.
Ada beberapa tuntutan kami, diantaranya:
1. Pemerintah Indonesia dengan cepat memutuskan bahwa Ambalat adalah milik Indonesia, dan Malaysia tidak berhak melintasi wilayah Indonesia tanpa ada kesepakatan pemerintah Indoensia.
2. Tangkap dan adili para penjahat-penjahat Malaysia yang sangaja melakukan patroli di wilayah Indonesia dan membangun pos penjagaan di perbatasan Indonesia.
Ingat bahwa matahari terbit bukan karena ayam jantan berkokok, tapi ayam jantan berkokok karena matahari terbit.
Perlu disadari bahwa apa yang kami sampaikan hari ini baik yang pahit dan getir karena usapan jempol kami, tapi bersendi pada realita kami yang saat ini.
Sebagaimana yang dikatakan oleh bapak proklamasi bahwa “siapa bisa memantau sauatu bangsa kalau semangatnya tidak mau dirantai, siapa bisa membinasakan suatu bangsa kalau semangatnya tidak mau dibinasakan.
Wallahullmuafiq ilahi aqwamitoriq
Salam pergerakan dan salam perlawanan
.
.
0 komentar:
Post a Comment