.
.
Oleh : Edi Irawan, Ismail Tangahu, Dedi Sutomo M. Tanaiyo, Zulfikar R. Galemang,
I Made Reki Artawan.
I Made Reki Artawan.
Tempat : Gorontalo
Lembaga : Universitas Negeri Gorontalo
Tahun : 2017
Pilihan Unduh File Ada Di Bagian Bawah Artikel Ini..!
Variasi hasil pengukuran tidak hanya ditimbulkan karena alat ukur yang digunakan, tetapi juga dapat bersumber pada faktor lain, yaitu a) keadaan objek yang diukur, b) situasi pengukuran, c) alat ukur yang digunakan, d) penyelenggaraan pengukuran, dan e) pembacaan atau penilaian hasil pengukuran.
1. Keadaan objek yang diukur
Merupakan hal yang ideal
bila hasil pengukuran yang diperoleh benar-benar mencerminkan keadaan yang
sesungguhnya dari objek yang diukur. Apakah suatu alat ukur dapat denga tepat
mengukur atau mengungkap apa yang ingin diungkap atau ingin diukur, hal ini
berkaitan dengan validitas alat ukur.
2. Situasi pengukuran
Pengukuran sesuatu dalam
situasi yang berbeda, juga dapat menimbulkan hasil pengukuran yang berbeda.
Mengukur sebatang tembaga dengan temperatur yang berbeda, sekalipun benda dan
alat ukurnya sama. Demikian pula mengukur sikap seseorang dalam situasi yang
berbeda, dapat menghasilkan hasil pengukuran yang berbeda pula.
3. Alat ukur yang digunakan
Bila butir-butir dalam
alat ukur tersebut kurang atau tidak baik, maka hasil pengukurannya juga kurang
baik. Karena itu untuk mendapatkan alat ukur yang baik, maka dalam menyusun
butir-butir dalam alat ukur tersebut harus dipilih butir-butir yang baik pula.
4. Penyelenggaraan pengukuran
Cara menyelenggarakan
pengukuran juga dapat menghasilkan hasil pengukuran yang berbeda. Misal
administrasi pengukuran yang tidak tetap dapat menyebabkan perbedaan hasil
pengukuran. Karena itu, dalam pengukuran administrasi pengukuran juga telah
dibakukan. Demikian pula jika seorang pengukur kurang menguasai alat ukur yang
digunakan, maka hasil pengukuran akan berbeda.
5. Pembacaan atau penilaian hasil pengukuran
Bila seorang pengukur
tidak dalam kondisi sehat baik secara fisik maupun psikis maka seharusnya tidak
disarankan memberikan penilaian atau skoring. Misalnya jika seorang pengukur
atau tester sedang lelah atau mengantuk, maka konsentrasinya akan berkurang dan
hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil skoring.
Alat Ukur yang Baik
Alat ukur dapat dinyatakan baik bila alat ukur
tersebut valid dan reliabel. Validitas, dalam pengertiannya yang paling umum,
adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya.
Artinya, sejauh mana alat ukur itu mampu mengukur atribut yang ia rancang untuk
mengukurnya. Alat ukur yang hanya mampu mengungkap sebagian dari atribut yang
seharusnya atau justru mengukur atribut lain, dikatakan sebagai alat ukur yang
tidak valid. Karena validitas sangat erat berkaitan dengan tujuan ukur, maka
setiap alat ukur hanya dapat menghasilkan data yang valid untuk satu tujuan
ukur pula.
Validitas
adalah karakteristik utama yang harus dimiliki oleh setiap alat ukur. Apakah
suatu alat ukur berguna atau tidak sangat ditentukan oleh tingkat validitasnya.
Oleh karena itu, sejak tahap awal perancangan alat ukur sampai dengan tahap
administrasi dan pemberian skornya, usaha-usaha untuk menegakkan validitas
harus selalu dilakukan. Dalam rangka itulah perancang perlu mengenali beberapa
faktor yang dapat mengancam validitas alat ukur.
Suatu
alat yang baik juga harus reliabel atau andal, artinya alat tersebut harus
dapat memberikan hasil pengukuran yang tetap atau stabil. Persoalan yang
menyangkut reliabilitas alat ukur adalah menyangkut persoalan kestabilan hasil
pengukuran.
Cara Pengukuran Sikap
Dalam pengukuran sikap ada beberapa
macam cara, yang pada garis besarnya dibedakan secara langsung dan secara tidak
langsung. Secara langsung yaitu subjek secara langsung dimintai pendapat bagaimana sikapnya terhadap suatu
masalah atau hal yang dihadapkan kepadanya. Dalam hal ini da[at dibedakan
langsung berstruktur dan langsung tidak berstruktur. Secara langsung yang tidak
berstruktur misalnya mengukur sikap dengan wawancara bebas (free interview),
dengan pengamatan langsung atau dengan survey (misal public opinion survey).
Sedangkan secara langsung berstruktur, yaitu dengan pengukuran sikap dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam
suatu alat yang telah ditentukan, dan langsung diberikan kepada subjek yang
diteliti. Misal pengukuran sikap dengan skala Bogardus, Thurstone, dan Likert.
Pengukuran sikap
dengan tidak langsung ialah pengukuran sikap dengan menggunakan tes. Dalam hal
ini dapat dibedakan tes proyektif dan non proyektif. Tes proyektif adalah tes
dimana kepada subjek disajikan rangsangan yang relatif ambigius (tidak jelas),
dari cara subjek menanggapi rangsangan tersebut, tester dapat menduga dan
menyimpulkan motif dan emosi yang melandasi persepsinya. Misal : Tes Rho, TAT,
CAT, Grafis. Sedangkan tes non proyektif adalah tes dimana disajikan stimulus
yang cukup jelas. Tes non proyektif berbentuk skala/inventari misalnya : EPPS,
16 PF.
1. Pengukuran Sikap Secara Langsung tak Berstruktur
Pengukuran sikap langsung
tak berstruktur ini merupakan cara pengukuran sikap yang cukup sederhana, dalam
arti tidak diperlukan persiapan yang cukup mendalam guna mengadakan pengukuran
sikap tersebut bila dibandingkan dengan cara-cara yang lain. Misal untuk
mengetahui sikap sementara penduduk terhadap masalah kesehatan dengan cara
mengadakan observasi di lapangan, ataupun dengan wawancara. Berdasarkan hasil
observasi ataupun wawancara tersebut kemudian ditarik kesimpulan tentang
bagaimana sikap penduduk terhadap kesehatan.
2. Pengukuran Sikap Secara Langsung yang Berstruktur
a.
Pengukuran sikap model Bogardus
Disebut juga Bogardus
Social Distance, dicetuskan oleh E.S Bogardus (1925). Model skala ini mengukur
keinginan individu dalam melakukan kontak sosial pada berbagai kedekatan dengan
individu lainnya. Skala ini berupaya untuk mengukur jarak socialantar individu
(kelompok) atau sikap penerimaan terhadap individu (kelompok) lain. Jawaban
positif terhadap suatu item dengan nilai skala yang lebih tinggi
mengimplikasikan jawaban yang positif pula terhadap item-item dengan nilai skala
yang lebih rendah. Bersifat kumulatifyaitu individu yang menunjukkan sikap
positif terhadap item yang menunjukkan jarak sosial yang sempit dengan
sendirinya juga akan memberi respon positif terhadap hubungan yang menunjukkan
jarak sosial yang lebih lebar. Disusun dengan menggunakan 7 kategori, yang
bergerak mulai dari yang ekstrim menerima sampai dengan yang ekstrim
menolak.Skor 1-7, dimana skor 1 menunjukkan tidak ada jarak sosial, tidak
prejudice
Contoh
: Sikap terhadap individu bangsa lain :
1)
Keluarga dekat melalui pernikahan (1.00)
2)
Sebagai teman dekat (2.00)
3)
Sebagai tetangga (3.00)
4)
Sebagai mitra kerja (4.00)
5)
Sebagai Warga Negara Indonesia (5.00)
6)
Sebagai pengunjung di Indonesia (6.00)
7)
Ditolak masuk Indonesia (7.00)
b.
Pengukuran sikap model Thurstone
Apabila kita menghendaki
jenis data satu tingkat lebih tinggi atau data interval maka kita dapat
menggunakan skala Thurstone atau sering juga disebut metode equal appearing
interval. Ada beberapa langkah awal yang harus dilakukan, seperti: 1) penetapan
tujuan atau kawasan ukur, 2) melakukan pendefinisian secara konseptual, 3)
menyusun definisi operasional, 4) mengidentifikasi indikator perilaku, 5)
membuat blue print alat ukur, dan 6) penyusunan item-item per indikator yang
juga disusun dengan item favorable dan unfavorable sebanyak mungkin.
Yang menjadi pembeda
dalam penyusunan skala antara Likert dan Thurstone terletak pada perlakuan
setelah item jadi. Setelah item tersusun langkah selanjutnya yang harus
dilakukan adalah membuat format untuk proses penilaian oleh Judges. Setiap item
diberikan alternatif respon dengan rentang skala 11, ke sebelas rentang skala
tersebut diberikan keterangan dengan huruf A sampai K seperti contoh di bawah
ini.
Langkah selanjutnya
adalah mencari penilai atau Judges minimal 30 orang untuk memberikan penilaian
item. Instruksi yang diberikan ke penilaian sebelum melakukan penilaian adalah
penilai atau Judges diminta meletakkan item pada rentang huruf tersebut,
semakin ke arah huruf A maka item tersebut menyatakan item yang Unfavorable
demikian pula sebaliknya apabila item tersebut diletakkan semakin mendekati
huruf K maka item tersebut menyatakan item yang Favorable. Proses penilaian ini
dilakukan pada semua item yang telah disusun satu per satu.
Apabila seluruh item
sudah dilakukan penilaian oleh seluruh penilaian atau Judges, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan tabulasi data seperti menghitung frekuensi,
menghitung persentase, menghitung persentase kumulatif. Selanjutnya melakukan
penghitungan nilai S (median) dan nilai Q dari penghitungan nilai percentile 25
dan percentile 75.Untuk keperluan interpretasi, dihitung total nilai kemudian
hitung mean (rata-rata) dari nilai S yang dijawab “Ya”, selanjutnya nilai mean
(rata-rata) tersebut letakkan pada rentang skala 1 s/d 11. Maka di situlah
posisi subyek untuk variabel yang anda ukur.
c.
Pengukuran sikap model Likert
Model skala Likert paling
banyak digunakan untuk pengukuran perilaku. Skala yang terdiri dari pernyataan
dan disertai jawaban setuju-tidak setuju, sering-tidak pernah, cepat-lambat,
baik-buruk dan sebagainya. (tergantung dari tujuan pengukuran).C. Bird
menyebutnya sebagai Method of Sumated Ratings.
Skala ini biasanya
digunakan untuk beberapa alasan, yaitu: 1) menggambarkan secara kasar posisi
individu dalam kelompoknya (posisi relatif), 2) ingin membandingkan skor subyek
dengan kelompok normatifnya, dan 3) Ingin menyusun skala pengukuran yang
sederhana dan mudah dibuat.
Adapun langkah–langkah
penyusunan skala, yaitu: 1) menentukan dan memahami dengan baik apa yang akan
diukur, 2) menyusun Blue Printuntuk memandu penyusunan alat ukur, 3) indikator
yang secara teoritis-logis memberi kontribusi yang lebih besar harus diberikan
pernyataan yang lebih banyak, 4) pernyataan dibuat Favorable dan Unfavorable,
5) membuat Item sesuai dengan kaidah, 6) uji coba item, 7) memilih item yang
baik, 8) menyusun item terpilih menjadi satu set alat ukur, 9)
menginterpretasikan hasil pengukuran.
Penyusunan item terpilih
dalam satu set skala harus acak berdasarkan indikator maupun item Favorable dan
Unfavorable. Interpretasi skor skala Likerttidak dapat dilakukan secara
langsungdanharus dibandingkan dengan skor kelompok normatifnya.
Sedangkan penskalaan
responmerupakan prosedur penempatan sejumlah alternatif respon tiap item pada
suatu kontinum kuantitatif sehingga didapatkan angka sebagai skor masing-masing
alternatif respon, data yang digunakan untuk penskalaan merupakan data yang
diperoleh dari kelompok subyek atau responden yang menjawab item. Adapun tahapan
menentukan skor respon dengan cara: 1) menghitung frekwensi (f) jawaban subyek
untuk masing-masing kategori respon, 2) menghitung proporsi (p) masing-masing
respon dengan cara membagi frekwensi di tiap respon dengan jumlah responden
keseluruhan, 3) menghitung proporsi kumulatif (pk), 4) menghitung titik tengah
proporsi kumulatif (pk-t). Tahapan yang dilakukan untuk menentukan skor respon
adalah: 1) mencari nilai z dari tabel deviasi normal, 2) menentukan titik nol
pada respon paling kiri/paling rendah dan, 3) prosedur ini diulang untuk setiap
item.
Kesimpulan
Dalam mengukur sesuatu, orang dapat mengukur dengan
alat ukur yang belum distandardisasi, tetapi juga dapat mengukur dengan alat
ukur yang telah distandardisasi. Pengukuran dengan alat ukur yang belum
distandardisasi hasilnya akan mengalami variasi, hasil pengukuran seseorang
mungkin akan berbeda dengan hasil pengukuran orang lain. Tetapi sebaliknya bila
orang menggunakan alat ukur yang distandardisasi, hasil pengukuran yang dicapai
akan sama. Karena itu dalam pengukuran sesuatu, agar menunjukkan hasil yang
baik, perlu digunakan alat ukur yang telah distandardisasi. Demikian pula dalam
hal mengukur sikap, untuk mendapatkan hasil yang baik perlu digunakan alat yang
telah dibakukan atau telah distandardisasi.
Sumber:
http//:
blogspot.co.id/2016/01/pengukuran-sikap.html
http//: wordpress.com/2013/06/01/pengukuran-sikap-skala-likert.html
Tatang M. Amirin, 2010,
Skala Likert : Penggunaannya dan Analisis Datanya.
Niswarni, 2010,
Macam-macam Skala.
File Word-nya bisa unduh di sini : Makalah Menyusun Alat Ukur Sikap
File Powerpoint-nya bisa unduh di sini : Presentasi Menyusun Alat Ukur Sikap
Catatan:
File Word-nya bisa unduh di sini : Makalah Menyusun Alat Ukur Sikap
File Powerpoint-nya bisa unduh di sini : Presentasi Menyusun Alat Ukur Sikap
Catatan:
Cara download file-nya bisa di lihat disini: Tutorial Download File Menggunakan Desktop atau Tutorial Download File Menggunakan Mobile Android atau bisa lihat langsung melalui video di samping..!
.
.
0 komentar:
Post a Comment