.
.
Oleh : Risna Tuna
Tempat : Gorontalo
Lembaga : Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Tahun : 2018
Pilihan Unduh File Ada Di Bagian Bawah Artikel Ini..!
Menurut Pariwono (1989), fenomena
pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa
terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut
Dronkers (1964) pasang surut air laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya
permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan
oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi
terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat
diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Menurut Nontji (2005), pasang surut
adalah gerakan naik turunnya permukaan laut secara berirama yang disebabkan
oleh gaya tarik bulan dan matahari. Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih
besar dari massa bulan, tetapi jaraknya pun sangat jauh dari bumi (rata-rata
149,6 juta km). sedangkan buln, sebagai satelit kecil, jaraknya sangat dekat ke
bumi (rata-rata 381.160 km). Dalam mekanika alam semesta, jarak lebih
menentukan daripada massa, sehingga bulan memiliki pengaruh yang lebih besar
terhadap terjadinya pasang surut. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah
bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut
gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh
deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan
matahari.
Pasang surut yang terjadi di bumi
ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang
surut laut (oceanic tide) dan pasang
surut bumi padat (tide of the solid earth).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya
tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke
arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran
bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih
besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat
daripada jarak matahari ke bumi.
Gaya tarik gravitasi menarik
air laut ke arah bulan dan matahari dan
menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional
di laut. Lintang dari tonjolan pasang
surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang
orbital bulan dan matahari.
Teori Pasang Surut
1. Teori Kesetimbangan (Equilibrium
Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali
diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini menerangkan
sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang
seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan.
Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya
pembangkit pasang surut (King, 1966).
Untuk memahami gaya pembangkit
pasang surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari
menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari. Pada teori
kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang
sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP
(Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya
sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan
matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi
dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
Teori tersebut akan benar jika
digunakan anggapan seluruh permukaan bumi tertutup merata oleh air laut
(equilibrium theory), jika hanya ada pengaruh bulan saja atau matahari saja,
tetapi tidak pengaruh keduannya secara bersamaan dan jika bulan atau matahari
mempunyai orbit yang benar-benar berupa lingkaran dan orbitnya tepat di atas
khatulistiwa. Tetapi pada kenyataannya anggapan tersebut tidak benar. Karena
laut tidak meliputi bumi secara merata tetapi terputus oleh benua dan pulau.
Topografi dasar laut tidak rata mendatar tetapi sangat bervariasi dari palung
yang dalam, gunung bawah laut sampai paparan yang luas dan dangkal. Demikian
pula ada selat yang sempit dan panjang atau teluk berbentuk corong dengan dasar
melandai. Hal tersebut menimbulkan penyimpangan dari kondisi yang ideal dan
menyebabkan ciri-ciri pasang surut yang berbeda-beda dari satu lokasi ke lokasi
lainnya. Selain itu posisi kedudukan bulan dan matahari dalam orbit selalu
berubah relatif terhadap bumi. Apabila bulan dan matahari berada kurang lebih
pada satu garis lurus dengan bumi, seperti pada saat bulan muda atau bulan
purnama maka gaya tarik keduanya akan saling memperkuat. Dalam keadaan demikian
terjadi pasang surut purnama (spring tide) dengan tinggi air yang maksimum
melebihi pasang biasa. Sebaliknya surutnya sangat rendah hingga lokasi dengan
pantai yang landai bisa menjadi kering sampai ke laut. Tetapi jika bulan dan
matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi maka gaya tarik keduanya akan
saling meniadakan. Akibatnya perbedaan tinggi air antara pasang dan surut
kecil, keadaan ini dikenal dengan pasang perbani (neap tide) (Nybakken, 1993).
2. Teori Pasut Dinamik (Dynamical
Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan
bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh
bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat
membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya.
Gelombang pasang surut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas
perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama
kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori
kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif.
Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide
wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena
terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan
selain GPP.
Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
1.
Kedalaman perairan dan luas perairan
2.
Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
3.
Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda
yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis Effect).
Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi
selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator,
tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum
pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan
benda tersebut.
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan
dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor
gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan
fase (Phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non
linier semakin dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya.
Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi
bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap
matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan,
pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga
terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan
seperti, topogafi dasarlaut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga
berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961).
Pasang surut laut merupakan hasil
dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah
dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan
massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih
kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada
gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan
lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air
laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang
surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh
deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan
matahari.
Bulan dan matahari keduanya
memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada
besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya
tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan
karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih
dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71%
permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut
terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung
ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah
pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang
sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua
kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam
(Priyana,1994).
Tipe-Tipe Pasang Surut
Bentuk pasang surut di berbagai daerah
tidak sama. Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap
harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya
pembangkit pasang surut. Menurut Dronkers (1964), dapat dibagi menjadi 3 jenis
yaitu:
1. Pasang
surut diurnal : Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan
satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2. Pasang
surut semi diurnal : Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut yang hampir sama tingginya.
3. Pasang
surut campuran : Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi
khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi
bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Menurut
Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Pasang
surut harian tunggal (Diurnal Tide) : Merupakan pasang surut yang hanya
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di
Selat Karimata.
2. Pasang
surut harian ganda (Semi Diurnal Tide) : Merupakan pasang surut yang terjadi
dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari,
ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut
3. Pasang
surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal) : Merupakan pasang surut yang tiap
harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut terkadang dengan dua kali
pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini
terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4. Pasang
surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal) : Merupakan pasang surut yang terjadi
dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu
kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda,
ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur.
Pasang Surut Di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan
yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik
serta posisinya yang berada di garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut,
angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang
surut di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia
memiliki pasang surut cukup tinggi.
Keadaan pasang surut di perairan
Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari Samudra Pasifik dan
Hindia serta morfologi pantai dan batimeri perairan yang kompleks dimana
terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal dan laut dalam. Keadaan perairan tersebut membentuk pola
pasang surut yang beragam.
Di Selat Malaka pasang surut
setengah harian (semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut.
Berdasarkan pengamatan pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan
Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada
umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol.
Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa.
Berdasarkan pengamatan pasut di
Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar 3,80. Jadi tipe pasut
di Teluk Jakarta dan laut Jawa pada umumnya adalah pasut bertipe tunggal.
Tunggang pasang surut di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6
meter. Di Laut Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1 – 1,5 m
kecuali di Selat madura yang mencapai 3 meter. Tunggang pasang surut 6
meter di jumpai di Papua.
Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan pada
makalah ini yaitu :
1. pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan
naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan.
2. Teori pasang surut dibagi menjadi 2,
yaitu teori kesetimbangan (Equilibrium Theory) dan teori pasut dinamik (Dynamical
Theory).
3. Tipe-tipe pasang surut dibedakan
menjadi beberapa yaitu tipe pasang surut diurnal, pasang surut semi diurnal dan
pasang surut campuran.
4. Karena Indonesia merupakan negara
kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera Indonesia dan
Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis katulistiwa sehingga
kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang
surut di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia
memiliki pasang surut cukup tinggi.
Sumber:
Gross,
M. G.1990. Oceanography ; A View of Earth Prentice Hall. Inc. Englewood
Cliff : New Jersey.
King,
C. A. M. 1966. An Introduction to Oceanography. McGraw Hill Book
Company, Inc. New York : San Francisco.
Nybakken,
J.W., 1992. (Terjemahan : H.M. Eidman et al) Biologi Laut Suatu Pendekatan
Ekologis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
File Word-nya bisa unduh di sini : Makalah Pasang Surut Air Laut
File Powerpoint-nya bisa unduh di sini : Presentasi Pasang Surut Air Laut
Catatan:
Cara download file-nya bisa di lihat disini: Tutorial Download File Menggunakan Desktop atau Tutorial Download File Menggunakan Mobile Android atau bisa lihat langsung melalui video di samping..!
.
.
0 komentar:
Post a Comment