Evaluasi Proses Pembelajaran - 2016

.
.

Oleh        : Hardila, Novirnayanti Ir Domut, Siskayani Halid.
Tempat    : Gorontalo
Lembaga : Universitas Negeri Gorontalo
Tahun      : 2016
Pilihan Unduh File Ada Di Bagian Bawah Artikel Ini..!
    Sumber Gambar: https://www.finansialku.com  a)      Pengertian Evaluasi  Proses Pembelajaran
Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru atau dosen dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi adalah suatu proses mengukur dan menilai (Uno, 2006). Sedangkan Bloom dalam Daryanto (2007) mengungkapkan bahwa evaluasi sebagaimana dapat dilihat adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam keyataan terdapat perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri siswa.

Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.
Untuk memeperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi.
Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.
Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guruakan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik. Adapun langkah-langkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari:
      a)      perencanaan,
      b)      pengumpulan data,
      c)      verifikasi data,
      d)      analisis data, dan
      e)      interpretasi data.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai. 
  b)      Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut:
1)    Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
2)    Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran.
3)    Untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya.
4)    Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka perbaikan.
Selain fungsi di atas, penilaian juga dapat berfungsi sebagai alat seleksi, penempatan, dan diagnostik,guna mengetahui keberhasilan suatu proses dan hasil pembelajaran.
Penjelasan dari setiap fungsi tersebut adalah:
1)    Fungsi seleksi. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan seleksi, yaitu menyeleksi calon peserta suatu lembaga pendidikan/kursus berdasarkan kriteria tertentu.
2)    Fungsi Penempatan. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan penempatan agar setiap orang (peserta pendidikan) mengikuti pendidikan pada jenis dan/atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing.
3)    Fungsi Diagnostik. Evaluasi diagnostik berfungsi atau dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik, menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar, dan menetapkan cara mengatasi kesulitan belajar tersebut.
  c)      Teknik Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Untuk keperluan evaluasi diperlukan alat evaluasi yang bermacam-macam, seperti kuesioner, tes, skala, format observasi, dan lain-lain. Dari sekian banyak alat evaluasi, secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni alat tes dan nontes. Khusus untuk evaluasi hasil pembelajaran alat evaluasi yang paling banyak digunakan adalah tes. Oleh karena itu, pembahasan evaluasi hasil pembelajaran dengan lebih menekankan pada pemberian nilai terhadap skor hasil tes, juga secara khusus akan membahas pengembangan tes untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas tes sebagai alat evaluasi.
   1).Teknik Tes
Tes secara harfiah berasal dari bahasa Prancis kuno “testum” artinya piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh sesesorang atau kelompok.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa tes merupakan alat ukur yang berbentuk pertanyaan atau latihan, dipergunakan untuk mengukur kemampuan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang. Sebagai alat ukur dalam bentuk pertanyaan, maka tes harus dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan dan kemampuan obyek yang diukur. Sedangkan sebagai alat ukur berupa latihan, maka tes harus dapat mengungkap keterampilan dan bakat seseorang atau sekelompok orang.
Tes merupakan alat ukur yang standar dan obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.Dengan demikian berarti sudah dapat dipastikan akan mampu memberikan informasi yang tepat dan obyektif tentang obyek yang hendak diukur baik berupa psikis maupun tingkah lakunya, sekaligus dapat membandingkan antara seseorang dengan orang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu cara atau alat untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa tersebut. Prestasi atau tingkah laku tersebut dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan intruksional pembelajaran atau tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi yang telah diberikan dalam proses pembelajaran, dan dapat pula menunjukkan kedudukan siswa yang bersangkutan dalam kelompoknya.
Dalam kaitan dengan rumusan tersebut, sebagai alat evaluasi hasil belajar, tes minimal mempunyai dua fungsi, yaitu:
a)    Untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu.
b)    Untuk menentukan kedudukan atau perangkat siswa dalam kelompok, tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran tertentu.
Fungsi
(a) lebih dititik beratkan untuk mengukur keberhasilan program pembelajaran, sedang fungsi
(b) lebih dititik beratkan untuk mengukur keberhasilan belajar masing-masing individu peserta tes.
   2) Tes Menurut Tujuannya
Dilihat dari segi tujuannya dalam bidang pendidikan, tes dapat dibagi menjadi:
a).Tes Kecepatan (Speed Test)
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes (testi) dalam hal kecepatan berpikir atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas (logik) maupun hafalan dan pemahaman dalam mata pelajaan yang telah dipelajarinya. Waktu yang disediakan untuk menjawab atau menyelesaikan seluruh materi tes ini relatif singkat dibandingkan dengan tes lainnya, sebab yang lebih diutamakan adalah waktu yang minimal dan dapat mengerjakan tes itu sebanyak-banyaknya dengan baik dan benar, cepat dan tepat penyelesaiannya.Tes yang termasuk kategori tes kecepatan misalnya tes intelegensi, dan tes ketrampilan bongkar pasang suatu alat.
b).Tes Kemampuan (Power Test)
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam mengungkapkan kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat oleh waktu yang disediakan. Kemampuan yang dievaluasi bisa berupa kognitif maupun psikomotorik. Soal-soal biasanya relatif sukar menyangkut berbagai konsep dan pemecahan masalah dan menuntut peserta tes untuk mencurahkan segala kemampuannya baik analisis, sintesis dan evaluasi.
c).Tes Hasil Belajar (Achievement Test)
Tes ini dimaksudkan untuk mengevaluasi hal yang telah diperoleh dalam suatu kegiatan. Tes Hasil Belajar (THB), baik itu tes harian (formatif) maupun tes akhir semester (sumatif) bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu kurun waktu tertentu. Makalah ini akan lebih banyak memberikan penekanan pada tes hasil belajar ini.
d).Tes Kemajuan Belajar ( Gains/Achievement Test)
Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan adalah tes untuk mengetahui kondisi awal testi sebelum pembelajaran dan kondisi akhir testi setelah pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi awal testi digunakan pre-tes dan kondisi akhir testi digunakan post-tes.
e).Tes Diagnostik (Diagnostic Test)
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk mendiagnosis atau mengidentifikasi kesukaran-kesukaran dalam belajar, mendeteksi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesukaran belajar, dan menetapkan cara mengatasi kesukaran atau kesulitan belajar tersebut.
f).Tes Formatif
Tes formatif adalah penggunaan tes hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pembelajaran tertentu.
g).Tes Sumatif
Istilah sumatif berasal dari kata “sum” yang berarti jumlah. Dengan demikian tes sumatif berarti tes yang ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa dalam sekumpulan materi pelajaran (pokok bahasan) yang telah dipelajari.
   3).Bentuk Tes
Dilihat dari jawaban siswa yang dituntut dalam menjawab atau memecahkan persoalan yang dihadapinya, maka tes hasil belajar dapat dibagi menjadi 3 jenis :
a).Tes lisan (oral test)
b).Tes tertulis (written test)
c).Tes tindakan atau perbuatan (performance test)
Penggunaan setiap jenis tes tersebut seyogyanya disesuaikan dengan kawasan (domain) perilaku siswa yang hendak diukur. Misalnya tes tertulis atau tes lisan dapat digunakan untuk mengukur kawasan kognitif, sedangkan kawasan psikomotorik cocok dan tepat apabila diukur dengan tes tindakan, dan kawasan afektif biasanya diukur dengan skala perilaku, seperti skala sikap.
d) Pendekatan Acuan Dalam Evaluasi
Pendekatan merupakan sudut pandang seseorang dalam mempelajari sesuatu. Dengan demikian pendekatan evaluasi merupakan sudut pandang seseorang dalam menelaah atau mempelajari evaluasi.
Uno (2006) menyatakan bahwa ada 2 (dua) jenis acuan penilaian dalam pengambilan keputusan saat evaluasi yaitu :
1. Penilaian acuan patokan (PAP)
Pendekatan ini lebih menitikberatkan pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Dengan kata lain, kemampuan-kemampuan apa yang telah dicapai peserta didik sesudah menyelesaikan satu bagian kecil dari suatu keseluruhan program. Jadi penilaian acuan patokan meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik dan bukan membandingkan seseorang peserta didik dengan teman sekelasnya, melainkan dengan suatu kriteria atau patokan yang spesifik. Kriteria yang dimaksud adalah suatu tingkat pengalaman belajar yang diharapkan tercapai sesudah selesai kegiatan beljar atau sejumlah kompetensi dasar yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung (Arifin, 2009).

           Tujuan dari PAP adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. PAP sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar sebab peserta didik diusahakan untuk mencapai standar yang telah ditentukan dan hasil belajar peserta didik dapat diketahui derajat pencapaiannya.

Dengan menggunakan PAP kita akan melakukan pengambilan keputusan yang mengacu pada nilai baku yang telah ditentukan terlebih dahulu sebelum ujian. Nilai baku ini merupakan kriteria kelulusan. Nilai baku tersebut dapat berupa persyaratan jumlah nilai misal ≥ 60 maka mahasiswa yang memiliki nilai 60 atau lebih dinyatakan lulus. Dapat juga nilai lulus tersebut berupa persyaratan jumlah sasaran belajar misalnya 5 sasaran belajar, yang artinya jika mahasiswa sudah mencapai 5 sasaran belajar berarti lulus. Dengan menggunakan PAP akan memungkinkan mutu pendidikan dapat dipertahankan. Hanya siswa yang dapat menyamai atau melampaui nilai baku yang dapat lulus.

2. Penilaian acuan norma (PAN)

Pada umumnya PAN dipergunakan untuk seleksi, disisi lain penggunaan PAN merupakan cara pengambilan keputusan dengan menggunakan norma kelas atau norma kelompok sebagai acuan pengambilan keputusan. Tujuan PAN adalah untuk membedakan peserta didik atas kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Adapun norma ini tidak dapat ditentukan sebelum ujian tetapi justru setelah ujian ini terselenggara. Akan didapatkan kurva dengan rata-rata sebagai nilai rata-rata kelas ditetapkan sebagai norma kelulusan.
Dengan PAN ini maka jumlah kelulusan akan menjadi tinggi karena hasil tidak terikat pada nilai baku yang telah ditentukan terlebih dahulu. Namun standar mutu pendidikan dengan demikian akan menurun.Oleh sebab itu penggunaan PAN sulit untuk mengevaluasi standar mutu pendidikan, disamping PAN kurang memacu mahasiswa untuk mencapai prestasi tinggi. Oleh karena itu sebaiknnya PAN digunakan sebagai diagnostik maupun seleksi karena lebih tepat menggambarkan kemampuan umum mahasiswa dibandingkan dengan PAP.
Model Instrument Evaluasi  Proses Pembelajaran
Model Evaluasi Pembelajaran merupakan desain evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli evaluasi, yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap evaluasinya. 
      a.       Model Kirkpatrick
Kirkpatrick, salah seorang ahli evaluasi program training dalam bidang pengembangan sumber daya manusia menawarkan model evaluasi yang diberi nama Kirkpatrik's training evaluation model. Dalam evaluasi ini ada empat level program training yaitu : reaction, learning, behavior, dan result
      b.      Model CIPP
Konsep model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, and Product) pertama kali ditawarkan oleh Stufflebeam pada 1965 sebagai hasil uasahanya mengevaluasi the Elementary and Secondary Education Act (ESEA) dengan tujuan perbaikan bukan pembuktian.
      c.       Model Wheel (roda) dari Beebe
Model ini berbentuk roda karena menggambarkan usaha evaluasi yang berkaitan dan berkelanjutan dan satu proses ke proses selanjutnya. Tiga tahap tersebut ialah pembentukan tujuan pembelajaran, pengukuran outcomes pembelajaran, dan penginterpretasian hasil pengukuran dan penilaian.
      d.      Model Provus (Discrepancy Model)
Model ini dikembangkan oleh Malcom Provus yang merupakan model evaluasi yang berangkat dari asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program.
      e.       Model Stake(Countenance Model)
Stake menekankan adanya dua dasar kediatan dalam evaluasi yaitu, description dan judgement dan membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan. yaitu, antecedent (context), transaction (process) dan outcomes.
      f.        Model Brinkerhoff
Brinkerhoff & Cs (1983) mengemukakan tiga golongan evaluasi yang disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama, seperti evaluator-evaluator lain, namun dalam komposisi  dan versi mereka sendiri.
      g.      Model Tyler
Model ini dibagun atas dasar dua pemikiran, pertama evaluasi ditujukan pada tingkah laku peserta didik, dan kedua evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum melaksanakan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil).
      h.      Model Alkin
Menurut Marvin Alkin (1969), evaluasi adalah suatu proses untuk menyakinkan keputusan, mengumpulkan informasi, memilih informasi yang tepat, dan menganalisis informasi sehingga dapat disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif. 
      i.        Illuminative Model (Malcom Parlett dan Hamilton)
Model ini lebih menekankan pada evaluasi terbuka (open ended). Kegiatan evaluasi dihubungkan dengan learning milieu, dalam konteks sekolah sebagai lingkungan material dan psikososial, dimana guru dan peserta didik dapat berinteraksi.
Model Evaluasi Pembelajaran

Model Evaluasi Pembelajaran merupakan desain evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli evaluasi, yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap evaluasinya. 
1. Model Kirkpatrick
Kirkpatrick, salah seorang ahli evaluasi program training dalam bidang pengembangan sumber daya manusia menawarkan model evaluasi yang diberi nama Kirkpatrik's training evaluation model. Dalam evaluasi ini ada empat level program training yaitu : reaction, learning, behavior, dan result.
2. Model CIPP
Konsep model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, and Product) pertama kali ditawarkan oleh Stufflebeam pada 1965 sebagai hasil uasahanya mengevaluasi the Elementary and Secondary Education Act (ESEA) dengan tujuan perbaikan bukan pembuktian.
3. Model Wheel (roda) dari Beebe
Model ini berbentuk roda karena menggambarkan usaha evaluasi yang berkaitan dan berkelanjutan dan satu proses ke proses selanjutnya. Tiga tahap tersebut ialah pembentukan tujuan pembelajaran, pengukuran outcomes pembelajaran, dan penginterpretasian hasil pengukuran dan penilaian.
4. Model Provus (Discrepancy Model)
Model ini dikembangkan oleh Malcom Provus yang merupakan model evaluasi yang berangkat dari asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program.
5. Model Stake(Countenance Model)
Stake menekankan adanya dua dasar kediatan dalam evaluasi yaitu, description dan judgement dan membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan. yaitu, antecedent (context), transaction (process) dan outcomes.
6. Model Brinkerhoff
Brinkerhoff & Cs (1983) mengemukakan tiga golongan evaluasi yang disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama, seperti evaluator-evaluator lain, namun dalam komposisi  dan versi mereka sendiri.
7. Model Tyler
Model ini dibagun atas dasar dua pemikiran, pertama evaluasi ditujukan pada tingkah laku peserta didik, dan kedua evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum melaksanakan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil).
8. Model Alkin
Menurut Marvin Alkin (1969), evaluasi adalah suatu proses untuk menyakinkan keputusan, mengumpulkan informasi, memilih informasi yang tepat, dan menganalisis informasi sehingga dapat disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif.
9. Illuminative Model (Malcom Parlett dan Hamilton)
Model ini lebih menekankan pada evaluasi terbuka (open ended). Kegiatan evaluasi dihubungkan dengan learning milieu, dalam konteks sekolah sebagai lingkungan material dan psikososial, dimana guru dan peserta didik dapat berinteraksi.
  
     Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Pembelajaran sebagai suatu sistem yang memiliki berbagai komponen yang saling berinteraksi, berinterelasi dan berinterdependensi. Dimana salah satu komponen pembelajaran adalah evaluasi. Dalam sistem pembelajaran, evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh guru.
      Saran
Bagi pembaca mohon kritik dan saran.a karena makalah yang telah kami buat masih banyak memiliki kekurangan.


Sumber:
Dimyati, Mudjiono., 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Kiranawati,2008,Evaluasi Pembelajaran,http://gurupkn.wordpress.com/2008/01/17/evaluasi-pembelajaran/, di ambil tanggal 26 April 2010.
Rusliana, Ade, 2007, Konsep Dasar Evaluasi Hasil Belajar, Sumber : Buku Evaluasi Pembelajaran, Penerbit Unindra Press http://aderusliana.wordpress.com/2007/11/05/konsep-dasar-evaluasi-hasil-belajar/, diambil tanggal 2 Mei 2010.

File Word-nya bisa unduh di sini                 Makalah Evaluasi Proses Pembelajaran


Catatan:
Cara download file-nya bisa di lihat disiniTutorial Download File Menggunakan Desktop atau Tutorial Download File Menggunakan Mobile Android atau bisa lihat langsung melalui video di samping..! 
.
.

0 komentar: