.
.
Oleh : Khayrul Hijas La Seti, Simin Poiyo, Iskandar.
Tempat : Gorontalo
Lembaga : Universitas Negeri Gorontalo
Tahun : 2016
Pilihan Unduh File Ada Di Bagian Bawah Artikel Ini..!
Menurut John
M. Echols dan Hasan Shadily (2003: 475) reliabilitas adalah hal yang dapat
dipercaya. Popham (1995: 21) menyatakan bahwa reliabilitas adalah "...the
degree of which test score are free from error measurement"
Menurut
Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur
dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang
diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable.
Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di
dalam pengukur gejala yang sama.
Menurut
Brennan (2001:295) reliabilitas merupakan karakteristik skor, bukan tentang tes
ataupun bentuk tes.
Menurut
Sumadi Suryabrata (2004:28) reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil
pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus
reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.
Dalam
pandangan Aiken (1987: 42) sebuah tes dikatakan reliabel jika skor yang
diperoleh oleh peserta relatif sama meskipun dilakukan pengukuran
berulang-ulang.
Reliabilitas
adalah karakter lain dari hasil evaluasi. Reliabilitas juga dapat diartikan
sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen evaluasi, dikatakan
mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi apabila tes yang dibuat mempunyai
hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Ini berarti semakin
reliabel suatu tes, semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil
suatu tes mempunyai hasil yang sama dan bisa dipakai di suatu tempat
sekolah, ketika dilakukan tes tersebut.
Reliabilitas
soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau kekonsistenan suatu
tes soal. Untuk mengukur tingkat keajegan soal ini digunakan perhitungan Alpha
Cronbach. Rumus yang digunakan dinyatakan dengan:
R11
=
Keterangan:
n
= banyaknya butir soal
Si2
= jumlah varians tiap skor
St2
= varians skor total
Rumus untuk
mencari varians adalah:
Si2
=
Interpretasi
nilai r11 mengacu pada pendapat Guilford (Ruseffendi, 1991b: 191):
rii
<
0,20
reliabilitas sangat rendah
0,20
< rii
0,40
reliabilitas rendah
0,420
< rii 0,70
reliabilitas sedang
0,70
< rii
0,90
reliabilitas tinggi
0,90
< rii
1,00
reliabilitas sangat tinggi.
Validitas
Menurut
Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu skala
atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang
memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan pengukuran.
Validitas
merupakan derajat kemampuan suatu tes yang mengukur apa yang hendak diukur.
Secara tidak langsung itu meliputi tes dan skala yang terdiri atas sejumlah
tugas yang dipilih untuk berfungsi sebagai indikator hasil belajar. Validitas
berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga
betul-betul menilai apa yang yang seharusnya dinilai. Sebagai contoh menilai
kemampuan siswa dalam matematika. Misalnya diberikan soal dengan kalimat yang
panjang dan berbelit-belit sehingga sukar ditangkap maknanya. Akhirnya siswa
tidak dapat menjawab karena tidak memahami pertanyaannya. Validitas tidak
berlaku universal sebab bergantung pada situasi dan tujuan penilaian. Alat
penilaian yang telah valid untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan
valid untuk tujuan yang lain.
Dalam
menggunakan validitas suatu tes, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu :
a. Mengacu pada
materi yang hendak diujikan.
b. Mengacu pada
hasil dari suatu tes atau instrument evaluasi yang dikenakan pada sekelompok
individu.
c. Berkaitan
dengan derajar dengan istilah validasi tinggi, sedang, rendah.
d. Mengacu pada
penggunaan hasil evaluasi.
Validitas
suatu instrumen evaluasi mempunyai beberapa makna penting diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Validitas
berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau instrumen evaluasi
untuk grup individual dan bukan instrumen itu sendiri.
2. Validitas
diartikan sebagai derajat yang menunjukkan kategori yang bisa mencakup kategori
yang bisa mencakup kategori rendah, menengah, dan tinggi.
3. Prinsip
suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan
oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan saja.
Ada dua unsur
penting dalam validitas tes. Unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Validitas
suatu tes harus menunjukkan suatu derajat tertentu, ada yang sempurna, ada yang
sedang, dan ada pula yang rendah.
2. Validitas
selalu dihubungkan dengan suatu putusan atau tujuan spesifik. Sebagaimana
pendapat R. L Thorndike dan H. P Hagen bahwa “validiti is always in relation
to a specific decision or use”
Jenis-jenis
Validitas dan Reliabilitas
a. Validitas
Secara garis
besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris.
1) Validitas
Logis
Istilah
“validitas logis” mengandung kata “logis” berasal dari kata “logika” atau
validitas logis sering juga disebut sebagai analisis kualitatif yaitu berupa
penalaran atau penelaahan. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk
sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran.
Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah
dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Sebagaimana
pelaksanaan tugas lain misalnya membuat sebuah karangan, jika penulisan sudah
mengikuti aturan mengarang, tentu secara logis karangannya sudah baik.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka instrumen yang sudah disusun berdasarkan
teori penyusunan instrumen, secara logis sudah valid. Dari penjelasan tersebut
dapat dipahami bahwa validitas logis dapat dicapai apabila instrumen disusun
mengikuti ketentuan yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah
instrumen tersebut selesai disusun.
2) Validitas
Empiris
Istilah
“validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman”. Sebuah
instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari
pengalaman. Analisis soal secara kuantitatif menekankan pada analisis
karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara empiris.
Karakteristik internal secara kuantitatif dimaksudkan meliputi parameter soal
tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas. Khusus soal-soal pilihan
ganda, dua tambahan parameter yaitu dilihat dari peluang untuk menebak atau
menjawab soal benar dan berfungsi tidaknya pilihan jawaban, yaitu penyebaran
semua alternative jawaban dari subyek-subyek yang dites. Salah satu tujuan
dilakukannya analisis adalah untuk meningkatkan kualitas soal, yaitu apakah
suatu soal dapat diterima karena telah didukung oleh data statistik yang
memadai, diperbaiki karena terbukti terdapat beberapa kelemahan atau bahkan
tidak digunakan sama sekali karena terbukti secara empiris tidak berfungsi sama
sekali.
Ada empat
jenis validitas yang sering digunakan, yakni:
a) Validitas
isi (content validity)
Sebuah tes
dikatakan memilki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang
sejajar dengan materi atau isis pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi
yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering juga
disebut validitas kurikuler.
Validitas
isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian data mengukur isi yang
seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau
variabel yang hendak diukur. Misalnya tes hasil belajar bidang studi IPS harus
bisa mengungkapkan isi bidang studi tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan
cara menyusun tes yang bersumber dari kurikulum bidang studi yang hendak
diukur. Disamping kurikulum dapat juga diperkaya dengan melihat atau mengkaji
buku sumber.
b) Validitas
konstruksi (construct validity)
Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun
tes tersebut mengukur setiap aspek berfikir seperti yang disebutkan dalam
tujuan instruksional khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur
aspek berfikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berfikir yang menjadi tujuan
instruksional.
c) Validitas
“ada sekarang” (concurrent validity)
Validitas
ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki
validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah
“sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini hasil tes
dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah
lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang, concurrent).
Dalam
membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau alat
banding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan.
d) Validitas
prediksi (predictive validity)
Memprediksi
artinya meramal, dengan meramal selalu mengenai hal yang akan datang jadi
sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau
validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan
terjadi pada masa yang akan datang.
Sebagai alat
pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta
tes mengikuti pelajaran di Perguruan Tinggi. Jika ternyata siapa yang memiliki
nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujian semester 1 dibandingkan dengan yang
dahulu nilai tesnya lebih rendah maka tes masuk yang dimaksud tidak memiliki
validitas prediksi.
b. Reliabilitas
Walizer
(1987) menyebutkan bahwa ada dua cara umum untuk mengukur reliabilitas, yaitu:
1. Relibilitas
stabilitas.
Menyangkut usaha memperoleh nilai yang
sama atau serupa untuk setiap orang atau setiap unit yang diukur setiap saat
anda mengukurnya. Reliabilitas ini menyangkut penggunaan indicator yang sama,
definisi operasional, dan prosedur pengumpulan data setiap saat, dan
mengukurnya pada waktu yang berbeda. Untuk dapat memperoleh reliabilitas
stabilitas setiap kali unit diukur skornya haruslah sama atau hampir sama.
2. Reliabilitas
ekivalen.
Menyangkut usaha memperoleh nilai
relatif yang sama dengan jenis ukuran yang berbeda pada waktu yang sama.
Definisi konseptual yang dipakai sama tetapi dengan satu atau lebih indicator
yang berbeda, batasan-batasan operasional, paeralatan pengumpulan data, dan /
atau pengamat-pengamat. Menguji reliabilitas dengan menggunakan ukuran ekivalen
pada waktu yang sama bias menempuh beberapa bentuk. Bentuk yang paling umum
disebut teknik belah-tengah. Cara ini seringkali dipakai dalam survai.Apabila
satu rangkaian pertanyaan yang mengukur satu variable dimasukkan dalam
kuesioner, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi dua bagian persis lewat cara
tertentu. (Pengacakan atau pengubahan sering digunakan untuk teknik belah
tengah ini.) Hasil masing-masing bagian pertanyaan diringkas ke dalam skor,
lalu skor masing-masing bagian tersebiut dibandingkan. Apabila dalam skor
kemudian skor masing-masing bagian tersebut dibandingkan. Apabila kedua skor
itu relatif sama, dicapailah reliabilitas belah tengah.
Reliabilitas ekivalen dapat juga
diukur dengan menggunakan teknik pengukuan yang berbeda. Kecemasan misalnya,
telah diukur dengan laporan pulsa. Skor-skor relatif dari satu indikator macam
ini haruslah sesuai dengan skor yang lain. Jadi bila seorang subyek nampak
cemas pada ”ukuran gelisah” orang tersebut haruslah menunjukkan tingkatan
kecermatan relatif yang sama bila tekanan darahnya yang diukur.
Kesimpulan
Reliabilitas adalah karakter lain dari hasil evaluasi.
Reliabilitas juga dapat diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan.
Validitas merupakan derajat kemampuan suatu tes yang
mengukur apa yang hendak diukur.
Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu
validitas logis dan validitas empiris.
Ada empat
jenis validitas yang sering digunakan, yakni:
a. Validitas
isi (content validity)
b. Validitas
konstruksi (construct validity)
c. Validitas
“ada sekarang” (concurrent validity)
d. Validitas
prediksi (predictive validity)
Ada dua cara
umum untuk mengukur reliabilitas, yaitu:
a. Relibilitas
stabilitas.
b. Reliabilitas
ekivalen
Saran
Dalam menyusun makalah ini, kami
menyadari banyak kesalahan yang terdapat di dalamnya. Saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah dikemudian hari.
Sumber:
Arifin. Zainal, Evaluasi
Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011
De Porter,
Bobbi dan Hernacki, Mike. 2007. Quantum Learning. Jakarta: Kaifa
Hidayana, Herma. 2009. Pengaruh Gaya Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa
Fokus CM 31,
(2008). Mengenal Tipe Gaya Belajar. Jakarta: Wikipedia [Online]. Tersedia
Jihad. Asep dan Haris. Abdul, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008
Mulyani dan
Syaodih, N. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas
Terbuka
Sukardi, Evaluasi pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta:
Bumi Aksara, 2009
File Word-nya bisa unduh di sini : Makalah Validitas dan Reliabilitas
Catatan:
Cara download file-nya bisa di lihat disini: Tutorial Download File Menggunakan Desktop atau Tutorial Download File Menggunakan Mobile Android atau bisa lihat langsung melalui video di samping..! File Word-nya bisa unduh di sini : Makalah Validitas dan Reliabilitas
Catatan:
.
.
0 komentar:
Post a Comment