.
.
Analisi Soal
Oleh : Rahmat Rifaldi Ali, Ifandri Pabeta, Liyan Kasim.
Tempat : Gorontalo
Lembaga : Universitas Negeri Gorontalo
Tahun : 2016
Pilihan Unduh File Ada Di Bagian Bawah Artikel Ini..!
Menganalisis
butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk
meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan proses
pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk
membuat keputusan tentang setiap penilaian (Nitko, 1996: 308).
Tujuan
penelaahan adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh
soal yang bermutu sebelum soal digunakan.Di samping itu, tujuan analisis butir
soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal
yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi diagnostik pada siswa
apakah mereka sudah/belum memahami materi yang telah diajarkan (Aiken, 1994:
63).
Soal
yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat-tepatnya
sesuai dengan tujuannya di antaranya dapat menentukan peserta didik mana yang
sudah atau belum menguasai materi yang diajarkan guru.
Dalam
melaksanakan analisis butir soal, para penulis soal dapat menganalisis secara
kualitatif, dalam kaitan dengan isi dan bentuknya, dan kuantitatif dalam kaitan
dengan ciri-ciri statistiknya (Anastasi dan Urbina, 1997: 172) atau prosedur
peningkatan secara judgment dan prosedur peningkatan secara empirik (Popham,
1995: 195). Analisis kualitatif mencakup pertimbangan validitas isi dan
konstruk, sedangkan analisis kuantitatif mencakup pengukuran kesulitan butir
soal dan diskriminasi soal yang termasuk validitas soal dan reliabilitasnya.
Jadi,
ada dua cara yang dapat digunakan dalam penelaahan butir soal yaitu penelaahan
soal secara kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik ini masing-masing memiliki
keunggulan dan kelemahan.Oleh karena itu teknik terbaik adalah menggunakan
keduanya (penggabungan).
Format
Penelaahan Butir Soal Bentuk Uraian
Format penelaah butir soal bentuk uraian
Kelas/semester :
.................................
Penelaah : .................................
No
|
Aspek yang ditelaah
|
No Soal
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
|||
1
|
Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis
untuk bentuk Uraian
|
||||||||||
2
|
Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan
sudah sesuai
|
||||||||||
3
|
Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi
(urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)
|
||||||||||
4
|
Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang
jenis sekolah atau tingkat kelas
|
||||||||||
B
5
|
Konstruksi
Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut
jawaban uraian
|
||||||||||
6
|
Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan
soal
|
||||||||||
7
|
Ada pedoman penskorannya
|
||||||||||
8
|
Tabel, gambar, grafik, peta, atau
yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca
|
||||||||||
C
|
Bahasa/Budaya
|
||||||||||
9
|
Rumusan kalimat coal komunikatif
|
||||||||||
10
|
Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku
|
||||||||||
11
|
Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan
penafsiran ganda atau salah pengertian
|
||||||||||
12
|
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
|
||||||||||
13
|
Rumusan soal tidak mengandung
|
Format Penelaahan Butir Soal Bentuk pilihan ganda
Format penelaah butir soal bentuk pilihan ganda
Mata
Pelajaran : .................................
Kelas/semester
: .................................
No
|
Aspek yang
ditelaah
|
No Soal
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
A.
1
|
Materi
Soal sesuai dengan
indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk pilihan ganda
|
||||||
2
|
Materi yang ditanyakan
sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian
sehari-hari tinggi)
|
||||||
3
|
Pilihan jawaban homogen
dan logis
|
||||||
4
|
Hanya ada satu kunci
jawaban
|
||||||
B
5
|
Konstruksi
Pokok soal dirumuskan
dengan singkat, jelas, dan tegas
|
||||||
6
|
Rumusan pokok soal dan
pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja
|
||||||
7
|
Pokok soal tidak memberi
petunjuk kunci jawaban
|
||||||
8
|
Pokok soal bebas dan
pernyataan yang bersifat negatif ganda
|
||||||
C
9
|
Bahasa/Budaya
Pilihan jawaban homogen
dan logis ditinjau dari segi materi
|
||||||
10
|
Gambar, grafik, tabel,
diagram, atau sejenisnya jelas dan berfungsi
|
||||||
11
|
Panjang pilihan jawaban
relatif sama
|
||||||
12
|
Pilihan jawaban tidak
menggunakan pernyataan "semua jawaban di atas salah/benar" dan
sejenisnya
|
||||||
13
|
Pilihan jawaban yang
berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau
kronologisnya
|
Tujuan utama analisis butir soal dalam sebuah tes yang dibuat guru adalah untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam tes atau dalam pembelajaran (Anastasi dan Urbina, 1997:184). Berdasarkan tujuan ini, maka kegiatan analisis butir soal memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah:
1) Dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang digunakan
2) Sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa di kelas,
3) Mendukung penulisan butir soal yang efektif,
4) Secara materi dapat memperbaiki tes di kelas,
5) Meningkatkan validitas soal dan reliabilitas (Anastasi and Urbina, 1997:172).
Analisis
Tingkat Kesukaran
Analisis
tingkat kesukaran adalah untuk
mengetahui apakah soal
tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan
yang menunjukan sukar atau mudahnya sesuatu soal.(Arikunto, 1999: 207).
tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan
yang menunjukan sukar atau mudahnya sesuatu soal.(Arikunto, 1999: 207).
Cara
menentukkan Tingkat Kesukaran Suatu Butir Tes
Untuk
menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan:
dengan:
P adalah indeks kesukaran, B adalah banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, dan Jx adalah jumlah seluruh siswa peserta tes.
Menurut
Asmawi Zainul, dkk (1997) tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi peserta
tes menjawab benar terhadap butir soal tersebut. Tingkat kesukaran butir soal
biasanya dilambangkan dengan p. Makin besar nilai p yang berarti makin besar
proporsi yang menjawab benar terhadap butir soal tersebut, makin rendah tingkat
kesukaran butir soal itu. Hal ini mengandung arti bahwa soal itu makin mudah,
demikian pula sebaliknya.
Soal
yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.Soal
yang terlalu mudah tidak merangsang mahasiswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan mahasiswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di
luar jangkauannya (Suharsimi Arikunto : 2001).
Tingkat
kesukaran butir soal tidaklah menunjukkan bahwa butir soal itu baik atau
tidak.Tingkat kesukaran butir hanya menunjukkan bahwa butir soal itu sukar atau
mudah untuk kelompok peserta tes tertentu. Butir soal hasil belajar yang
terlalu sukar atau terlalu mudah tidak banyak memberi informasi tentang butir
soal atau peserta tes (Asmawi Zainul, dkk : 1997).
Cara
yang paling umum digunakan adalah proporsi menjawab benar atau
proportion correct, yaitu jumlah peserta tes yang menjawab benar pada soal yang dianalisis dibandingkan dengan peserta tes seluruhnya. Dalam analisis item ini digunakan proportion correct (p), untuk menilai tingkat kesukaran butir soal, yang dapat dilihat berdasarkan hasil analisis iteman pada lampiran 6. Besarnya tingkat kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Untuk sederhananya, tingkat kesukaran butir dan perangkat soal dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu mudah, sedang dan sukar. Sebagai patokan menurut (Asmawi Zainul, dkk : 1997).
proportion correct, yaitu jumlah peserta tes yang menjawab benar pada soal yang dianalisis dibandingkan dengan peserta tes seluruhnya. Dalam analisis item ini digunakan proportion correct (p), untuk menilai tingkat kesukaran butir soal, yang dapat dilihat berdasarkan hasil analisis iteman pada lampiran 6. Besarnya tingkat kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Untuk sederhananya, tingkat kesukaran butir dan perangkat soal dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu mudah, sedang dan sukar. Sebagai patokan menurut (Asmawi Zainul, dkk : 1997).
Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat
Kesukaran
|
Nilai P
|
Sukar
|
0,00-0,25
|
Sedang
|
0,26-0,75
|
Mudah
|
0,76-1,00
|
Untuk
menyusun suatu naskah ujian sebaiknya digunakan butir soal yang mempunyai
tingkat kesukaran berimbang, yaitu : soal berkategori sukar sebanyak 25%,
kategori sedang 50% dan kategori mudah 25%.
Dalam
penggunaan butir soal dengan komposisi seperti di atas, maka dapat diterapkan
penilaian berdasar acuan norma atau acuan patokan. Bila komposisi butir soal
dalam suatu naskah ujian tidak berimbang, maka penggunaan penilaian acuan norma
tidaklah tepat, karena informasi kemampuan yang dihasilkan tidaklah akan
berdistribusi normal.
Walaupun
demikian ada yang berpendapat bahwa soal-soal yang dianggap baik adalah
soal-soal yang sedang, yaitu soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran berkisar
antara 0,26 – 0,75. Berbagai kriteria tersebut mempunyai kecenderungan bahwa
butir soal yang memiliki indeks kesukaran kurang dari 0,25 dan lebih dari 0,75
sebaiknya dihindari atau tidak digunakan, karena butir soal yang demikian
terlalu sukar atau terlalu mudah, sehingga kurang mencerminkan alat ukur yang
baik.
Namun
demikian menurut Suharsimi Arikunto (2001) soal-soal yang terlalu mudah atau
terlalu sukar tidak berarti tidak boleh digunakan.Hal ini tergantung
dari tujuan penggunaannya. Jika dari peserta tes banyak, padahal yang
dikehendaki lulus hanya sedikit maka diambil peserta yang terbaik, untuk itu
diambilkan butir soal tes yang sukar. Demikian sebaliknya jika kekurangan
peserta tes, maka dipilihkan soal-soal yang mudah. Selain itu, soal-soal yang
sukar akan menambah motivasi belajar bagi siswa-siswa yang pandai, sedangkan
soal-soal yang mudah akan membangkitkan semangat kepada siswa yang lemah.
Analisis Daya Beda Item Tes
Daya
beda butir soal ialah indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir soal
membedakan kelompok yang berprestasi tinggi (kelompok atas) dari kelompok yang
berprstasi rendah (kelompok bawah) diantara para peserta tes (Asmawi Zainul,
dkk : 1997). Suryabrata (1999) menyatakan tujuan pokok mencari daya beda adalah
untuk menentukan apakah butir soal tersebut memiliki kemampuan membedakan
kelompok dalam aspek yang diukur, sesuai dengan perbedaan yang ada pada
kelompok itu.
Daya
beda butir soal yang sering digunakan dalam tes hasil belajar adalah dengan
menggunakan indeks korelasi antara skor butir dengan skor totalnya. Daya beda
dengan cara ini sering disebut validitas internal, karena nilai korelasi
diperoleh dari dalam tes itu sendiri. Daya beda dapat dilihat dari besarnya
koefisien korelasi biserial maupun koefesien korelasi point biserial.
Dalam
analisis ini digunakan nilai koefisien korelasi biserial untuk menentukan daya
beda butir soal. Koefisien korelasi biserial menunjukkan hubungan antara dua
skor, yaitu skor butir soal dan skor keseluruhan dari peserta tes yang sama.
Koefisien
daya beda berkisar antara –1,00 sampai dengan +1,00. Daya beda +1,00 berarti
bahwa semua anggota kelompok atas menjawab benar terhadap butir soal itu,
sedangkan kelompok bawah seluruhnya menjawab salah terhadap butir soal itu.
Sebaliknya daya beda –1,00 berarti bahwa semua anggota kelompok atas menjawab
salah butir soal itu, sedangkan kelompok bawah seluruhnya menjawab benar
terhadap soal itu.
Daya
beda yang dianggap masih memadahi untuk sebutir soal ialah apabila sama atau
lebih besar dari +0,30. Bila lebih kecil dari itu, maka butir soal tersebut
dianggap kurang mampu membedakan peserta tes yang mempersiapkan diri dalam
menghadapi tes dari peserta yang tidak mempersiapkan diri. Bahkan bila daya
beda itu menjadi negatif, maka butir soal itu sama sekali tidak dapat dipakai
sebagai alat ukur prestasi belajar. Oleh karena itu butir soal tersebut harus
dikeluarkan dari perangkat soal. Makin tinggi daya beda suatu butir soal, maka
makin baik butir soal tersebut, dan sebaliknya makin rendah daya bedanya, maka
butir soal itu dianggap tidak baik (Asmawi Zainul, dkk : 1997).
Klasifikasi Daya Beda Butir Soal
Kategori
Daya Beda
|
Koefisien
Korelasi
|
Baik
|
0,40-1,00
|
Sedang
(Tidak
Perlu Revisi)
|
0,30-0,39
|
Perlu
Revisi
|
0,20-0,29
|
Tidak Baik
|
-1,00-0,19
|
Kesimpulan
Tujuan
penelaahan adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh
soal yang bermutu sebelum soal digunakan.Di samping itu, tujuan analisis butir
soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal
yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi diagnostik pada siswa
apakah mereka sudah/belum memahami materi yang telah diajarkan (Aiken, 1994:
63).
Analisis
tingkat kesukaran adalah untuk
mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar.
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya sesuatu soal.(Arikunto, 1999: 207).
Daya
beda butir soal ialah indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir soal
membedakan kelompok yang berprestasi tinggi (kelompok atas) dari kelompok yang
berprstasi rendah (kelompok bawah) diantara para peserta tes (Asmawi Zainul,
dkk : 1997).
Sumber:
Aiken,
Lewis R. (1994). Psychological Testing and Assessment,(Eight Edition),
Boston: Allyn and Bacon.
Anastasi.
Anne and Urbina, Susana. (1997). Psicoholological Testing. (Seventh Edition).
New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Asmawi
Zainul dan Noehi Nasoetion. 1997. Penilaian Hasil Belajar. Pusat Antar Universitas,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan Dan kebudayaan.
Nitko,
Anthony J. (1996). Educational Assessment of Students, Second Edition.
Ohio: Merrill an imprint of Prentice Hall Englewood Cliffs.
Popham,
James W. (1995). Classroom Assessment: What Teachers Need to Know. Boston:
Allyn and Bacon.
Suharsimi Arikunto. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.
Suryabrata,
S. 1999. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Direktorat jenderal
Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Catatan:
Cara download file-nya bisa di lihat disini: Tutorial Download File Menggunakan Desktop atau Tutorial Download File Menggunakan Mobile Android atau bisa lihat langsung melalui video di samping..!
.
.
0 komentar:
Post a Comment